Pendaki Gunung Rinjani Paul Farrell, Indonesia Adalah Negara Miskin Yang Masih Memiliki Sedikit Sumber Daya

KABAR DUNIA - Usai insiden tewasnya Juliana Marins di Gunung Rinjani jadi sorotan dunia, sosok Paul Farrell muncul mengungkapkan opininya.

Ia menilai soal keamanan di Gunung Rinjani berdasarkan pengalamannya beberapa bulan silam.

Paul Farrell merupakan warga Irlandia yang pernah mendaki Gunung Rinjani pada bulan Oktober 2024.

Saat pendakian, pria berusia 32 tahun itu mengaku hampir bernasib sama seperti warga Brasil, Juliana Marins.

Namun, ia berhasil diselamatkan setelah bertahan selama lima jam di bongkahan batu yang sewaktu-waktu dapat bergerak.

Bermula saat Paul Farrell memulai pendakian Gunung Rinjani di pagi hari bersama kelompoknya.

Lalu saat sudah berada di puncak, ia ingin mengeluarkan pasir dan kerikil yang masuk ke dalam sepatunya.

Saat Paul Farrell melepaskan sepatu, tiba-tiba angin datang hingga membuat tempatnya berpijak runtuh ke jurang.

Ia turut terperosok dan mencoba untuk bertahan dengan berusaha meraih batu besar yang dilihat.

Beruntung, Paul Farrell berhasil berhenti saat menabrak batu dan bertahan di sana.

Paul berhenti di kedalaman 200 meter namun tubuhnya hanya menderita beberapa luka dan goresan.

Meski begitu, ia masih merasa belum aman, karena Paul memprediksi bisa terjatuh kapan saja.

Jatuh di gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia itu, membuat Paul Farrell kapok.

Meski begitu, ia mengaku masih mau mendaki Gunung Rinjani lagi, namun yang kedua akan lebih berhati-hati.

Ia juga menganggap penting untuk meningkatkan keamanan di jalur pendakian Gunung Rinjani.

Sebab bagi Paul Farrell, Indonesia adalah negara miskin yang masih memiliki sedikit sumber daya.

"Kita perlu mempertimbangkan bahwa Indonesia adalah negara miskin dengan sedikit sumber daya," ucapnya.

Ia tak menampik untuk meningkatkan keamanan diperlukan banyak uang untuk diinvestasikan.

Ia menyarankan, biaya tersebut bisa didapatkan dengan menaikkan tarif masuk pengunjung.

Peningkatan keamanan juga bisa dilakukan dengan tambahan pemandu di setiap kelompok pendaki.

"Sehingga salah satu dari mereka tetap berada di belakang dan dapat menawarkan semacam dukungan kepada orang-orang yang merasa tidak enak badan dan tertinggal, seperti yang terjadi pada Juliana," saran Farrell.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama